Tema dan Sub Tema Paskah GKPB 2012
Sesuai arahan Majelis Sinode Harian GKPB, bahwa tema GKPB periode 2008-2012 menjadi tema tetap dalam semua kegiatan GKPB sepanjang periode ini, maka tema Paskah GKPB 2012 adalah: MENJADI GEREJA MISSIONER. Isinya telah kita pahami bersama.
Sedangkan subtema Paskah kali ini berbunyi: Dengan Penuh Ketaatan Memberitakan Kuasa Kasih Kristus Dalam Jiwa Persekutuan. Kalimat ini terinspirasi pertama-tama dari ayat bulan April, karena pekan Paskah kita dimulai dari 1 April. Ayat bulan April adalah Markus 16:15 yang berbunyi: Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Ini adalah perkataan Tuhan Yesus kepada para muridNya agar para murid bergerak dan pergi memberitakan Injil, yaitu keselamatan di dalam Kristus, kepada seisi dunia. Dari perkataan Tuhan Yesus ini muncullah kata “memberitakan” dalam Subtema di atas. Jadi soal memberitakan Injil kembali mendapat penekanan khusus justru menjelang akhir dari masa Tema “Menjadi Gereja Missioner”. Sebab mulai Sinode ke-43 GKPB, Juni 2012, GKPB akan memakai tema yang baru yaitu: Menjadi Gereja Yang Bertumbuh Bersama Masyarakat. Namun itu tidak, sekali lagi, tidak berarti bahwa tema “Menjadi Gereja Missioner” sudah tidak berlaku lagi. Kita tidak pernah boleh berhenti menjadi Gereja yang missioner. Gereja yang tidak missioner pasti bukan gereja lagi. Sebab gereja ada karena ada missi yang harus sampai kepada dunia yaitu Injil Kristus. Kita bersyukur bahwa kita dituntun oleh Tuhan, melalui Roh Kudus, agar pada saat kita merayakan Paskah di tahun 2012 ini, kita sadar bahwa masih banyak orang yang belum mendengar berita Injil Kristus dan karena ini kita harus lebih bersungguh-sungguh lagi dalam memberitakan Injil Tuhan.
Selanjutnya kata-kata “Dengan Penuh Ketaatan” terambil dari bahan khotbah pada hari Minggu Palmarum yang merupakan Pembukaan Pekan Paskah. Bahan khotbah saat itu adalah Yesaya 50:4-9. Di situ antara lain dikatakan: “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, ......... Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, ............ Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku.” Kalimat-kalimat ini benar-benar menampakkan betapa taatnya Sang Hamba itu. Hamba Tuhan ini sadar betul akan penderitaan yang harus Ia pikul namun Ia tetap taat, tidak meronta dan tidak membuka mulutNya, artinya tidak berteriak. Benar-benar pasrah sempurna. Begitulah Tuhan kita Yesus Kristus dalam menjalankan tugasNya sebagai Hamba Allah. Taat! Sejak di dalam kandungan sudah ditolak oleh hampir semua orang. Ketika masih bayi sudah dikejar-kejar akan dibunuh. Ia tidak bersalah namun dihukum sebagai penjahat besar. Derita itu dipikulnya sampai Ia mati untuk menanggung dosa orang-orang yang menghukum Dia. Justru dosa-dosa manusia, terutama sekali dosa mereka yang menganiaya Dia itulah yang Ia tanggung, sehingga Ia berdoa: “Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Ia tetap taat sampai Ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di kayu salib. Unsur ketaatan ini juga harus mendapat penekanan dalam merayakan Paskah. Sejauh manakah kita telah taat kepada perintah Tuhan untuk saling mengasihi dan untuk memberitakan InjilNya?
Lalu dari bahan khotbah pada hari Paskah (1Samuel 2:1-2, 6-8a) kita melihat TUHAN digambarkan sebagai yang penuh kuasa (berkuasa mutlak) sebab dikatakan: “TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga.” (ayat 6-7). Jadi sesungguhnya TUHANlah yang menentukan segala-galanya. Manusia tidak dapat berbuat apa-apa tanpa seijin Tuhan. Tidak ada suatu kuasa apapun yang dapat menghalangi atau memaksa Tuhan. Ia menghidupkan dan mematikan. Namun ternyata kuasa Tuhan yang mutlak seperti itu tidak digunakan hanya untuk membuat manusia menjadi takut. Kuasa Tuhan yang mutlak itu tampak di dalam kasihNya. Mata Sang Penguasa itu tertuju kepada orang yang rendah, yang terhina dan tersingkir seperti si Hana. Hana yang mandul itu selalu dihina dan direndahkan oleh madunya, Penina, karena Hana dipandang sebagai orang yang dihukum oleh Allah (kandungannya ditutup oleh Tuhan). Dapat kita bayangkan betapa pedih hati Hana yang diperlakukan seperti itu. Namun Hana bukan melawan dengan mengadu kepada sang suami atau mencari bantuan ke-mana-mana. Ia lari kepada Tuhan dan mencurahkan seluruh isi hatinya dan pengharapannya kepada Tuhan saja. Ternyata Tuhan mendengar dan memperhatikan hati yang hancur itu dan Hana dikaruniai seorang anak yang kemudian menjadi seorang nabi besar yakni Samuel. Karena itulah kita mengatakan “Kuasa Kasih” Tuhan.
Kuasa Kasih Tuhan yang ditampakkan di dalam Kristus mempunyai cakupan yang jauh lebih luas dan jauh lebih tinggi dibanding Kuasa KasihNya yang ditampakkan kepada Hana. Melalui Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah itu dinyatakan secara dahsyat. Tuhan merendahkan diri secara luar biasa, menjadi manusia yang paling malang dalam arti menerima perlakuan yang paling tidak adil. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21). Secara manusia Yesus menerima perlakuan yang sangat tidak adil. Ia harus dihukum begitu berat karena dosa yang Dia sama sekali tidak kenal. Kristus sendiri menanggung akibat dari dosa manusia agar manusia terlepas dari hukuman sebagai akibat dari dosa mereka. Kita yang berdosa dan memberontak terhadap Allah, tetapi TUHAN menimpakannya kepada Yesus supaya kita selamat. Dapatkah kita bayangkan betapa besar kasih TUHAN kepada kita? Yohanes 3:16 merupakan inti berita Injil yang harus kita sampaikan kepada seisi dunia ini. Kasih Allah kepada dunia ini harus diketahui oleh dunia. Dunia harus tahu bahwa dirinya begitu dikasihi oleh TUHAN. Ini adalah tugas kita yang harus kita lakukan dengan penuh ketaatan. Tuhan Yesus dengan sangat jelas memberi perintah: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Pergilah.............beritakanlah............ Dengan kata lain: Keluar dari kaum dan rumah bapakmu........... Pergi dengan segera ke lorong negeri dan ke simpangannya yang buruk dan keji............ Keluar! Ajarlah seluruh dunia. Taburkan InjilKu............. Demikian kira-kira dikumandangkan oleh Kidung Jemaat 342. Kedengarannya semangat sekali. Benar! Memang banyak juga orang Kristen yang sangat bersemangat mencari jiwa. Tetapi semangat karena apa? Jika semangat itu hanya didorong oleh keinginan untuk menambah jumlah anggota, maka jelas semangat seperti itu hanya akan menimbulkan perpecahan. Sebab orang akan cenderung memberitakan tentang kelompoknya atau tentang denominasinya, bukan memberitakan Injil. Memberitakan Injil dengan jiwa seperti itu jelas tidak benar dan tidak berkenan kepada Tuhan. Sebaliknya, semangat yang didorong oleh api Roh Kudus akan menciptakan persekutuan yang didasarkan atas kasih, sebab Allah adalah kasih dan setiap orang yang mengasihi adalah anak-anak Allah atau “lahir dari Allah” (bandingkan 1 Yohanes 4:7). Orang yang didorong oleh api Roh Kudus akan penuh semangat memberitakan Injil dalam jiwa persekutuan, bukan dalam jiwa persaingan.
Yang kita maksud dengan persekutuan di sini adalah seperti yang dimengerti oleh GKPB, yakni persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama, persis seperti yang dimaksudkan dalam 1 Korintus 10:16-17, yang merupakan bahan khotbah pada hari Kamis Putih. Ayat 16: Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (Persekutuan dengan Tuhan). Ayat 17: Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. (Persekutuan dengan sesama). Dalam jiwa persekutuan seperti inilah kita dengan penuh ketaatan memberitakan Kuasa Kasih Kristus kepada dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar